Kawan Bukan Lawan, Sebuah Kritik Sosial dari Nectura

Selasa, 04 Desember 2018 - 21:30 WIB
Kawan Bukan Lawan, Sebuah...
Kawan Bukan Lawan, Sebuah Kritik Sosial dari Nectura
A A A
BANDUNG - Sebuah kritik sosial kembali didengungkan salah satu band metal asal Ujungberung, Kota Bandung, Nectura. Mereka melontarkan kritikan atas kekhawatiran mereka terhadap perpecahan antarumat manusia yang saling bertentangan dan menganggap kawan adalah lawan.

Kritik itu dilantunkan Nectura melalui single terbaru mereka berjudul Kawan Bukan Lawan. Kritik sosial itu tak hanya melihat kondisi politik dan kebangsaan saat ini, tetapi juga kritik bagi kondisi musik Tanah Air, tak terkecuali pada genre musik metal.

“Ini sebenarnya auto kritik buat kami. Tagline ini cocok untuk pendengar di luar ranah musik juga. Lagu ini adalah ungkapan kegelisahan kami atas kondisi saat ini,” kata gitaris Nectura, Hinhin Daryana.

Layaknya musik cadas lainnya, single ini juga dibuat dengan ritme musik cepat. Pada video klipnya, Nectura juga menyuguhkan alur drama yang mengisahkan seorang warga yang dikejar kerumunan massa gara-gara menumpahkan mangkuk bakso namun berakhir damai.

“Harapannya, lagu ini menjadi trigger buat kita semua, bahwa perpecahan tidak ada manfaatnya. Kita saling mengalah saja, bahwa kita dulur (saudara), kita semua kawan, bukan lawan,” timpal Agung Suwandi, vokalis Nectura, yang biasa disapa Owang.

Untuk meyakinkan misi persaudaraan dari single Kawan Bukan Lawan, grup band yang terdiri lima personil Agung “Owang” Suwandi (vokalis), Hinhin “Akew” Daryana (gitaris), lrvan Abo (gitaris), Aulia Akbar (bassist), dan Abdul Kandris (ex Burgerkill) sebagai drummer bakal menggelar mini showcase pada 15 Desember 2018.

Pada perhelatan itu, akan ditampilkan lagu-lagu terbaru Nectura dan beberapa hits di Album Awake To Decide. Menurut Irvan Abo, bahwa showcase ini juga akan menampilkan perpaduan dari beberapa band-band Ujungberung lainnya, The Cruel dan Turbidity.

Abo berharap kolaborasi tiga band berbeda genre ini, dapat mengubah cara berpikir penggemar untuk melihat bahwa persaudaraan adalah inti dari keseluruhan praktik sosial yang dilakukan seluruh pelaku musik metal di Indonesia.

Melalui mini showcase itu, Abo mengungkapkan bahwa menggelar sebuah konser dapat menjadi sebuah ajang interaksi antar pelaku musik metal. Berburu pengetahuan, bertukar informasi, dan mendiskusikan visi bermusik bersama rekan-rekan musisi lainnya. Hal itu menjadi kunci dan sekaligus sumbangsih mereka terhadap kontinuitas komunitas ini.

“Dari momen ini pula hari ini kita bisa menemukan karya-karya melegenda dari para pionir musik metal Bandung dan Indonesia. Harapan ini akan mendukung industri musik metal lnl menjadi lebih baik di masa mendatang,” tambah Owang.

Sementara itu, perwakilan Super Music regional Bandung Dikki Dwi Saputra, dukungan Super Music terhadap event showcase mendatang adalah komitmen Super music mewadahi kreativitas band yang ada di Bandung.

“Ini menjadi contoh bagi band lainnya, bahwa kami akan mewadahi dan menampung kreativitas para musisi. Kami percaya musikalitasnya, karena Bandung adalah tempat dimana lahirnya band metal. Kami juga sangat terbuka dengan band yang punya pikiran sejalan dengan super music,” ujar Dikki.

Super Music, kata dia, merangkul semua genre musik. Tak hanya genre metal, tetapi juga aliran musik lainnya. Super Music berkomitmen mendukung dan menampung kreativitas para musisi untuk menyalurkan bakat dan kemampuannya.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1223 seconds (0.1#10.140)